top of page

JADI GUIDE DI MUSIM PANDEMI - PART 2.

  • Writer: Humairoh Ayu
    Humairoh Ayu
  • Aug 28, 2021
  • 6 min read

Sudah penasaran belum sama lanjutan ceritaku di part 1?


Ku harap cerita ini akan lebih menarik untuk dibaca oleh teman-teman semua yaa. Kalau sebelumnya aku sudah memaparkan gambaran dari wisata ke Taman Nasional Baluran dan Rumah Apung Bangsring Underwater, sekarang kita jalan-jalan lagi mengunjungi 3 destinasi lainnya yang sudah ku sebutkan di cerita part 1.


Yang ku sadari ketika menjadi seorang guide dadakan, ternyata harus kreatif juga ya. Apalagi di momen memilih lokasi-lokasi yang match dan lengkap biar tamu merasa senang dan berkesan. Kalau main di tamannya udah, main di lautnya udah, dan semuanya itu isinya panas-panasan. Sekarang tour guide kami akan mengajak tamu liburan santai ke daerah yang cukup sejuk yang dimilikin sama Banyuwangi.


Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur dengan luas wilayah 5,782.50 km² (menurut dari data Pemerintah Banyuwangi). Kalau pernah dengar lagu khas Banyuwangi, judulnya "Umbul-umbul Belambangan" pasti gak asing dengan lirik kebanggaan yang menyebut Banyuwangi itu sebagai destinasi lengkap untuk berwisata (lirik bisa dilihat di youtube kalau penasaran).


"Banyuwangi, kulon gunung wetan segoro,

Lor lan kidul alas angker, keliwat-liwat Belambangan.. Belambangan."


Artinya, kalau dalam Bahasa Indonesia, Arah barat Banyuwangi tuh punya gunung. Arah timur Banyuwangi punya laut. Arah Utara dan Selatan Banyuwangi kaya akan hutan yang konon angker. Begitu singkatnya. Jadi tak heran jika banyak wisata indah yang dapat dikunjungi di Banyuwangi.


Hari Kedua,


Sama seperti hari pertama, pukul 06.30 WIB, kami sudah siap-siap menjemput tamu dan memastikan perlengkapan apa saja yang mesti dibawa selama perjalanan liburan. Arah perjalanan kami menuju ke Barat dari pusat kota, yaitu ke tempat wisata Jagir Waterfall.


JAGIR WATERFALL


Berlokasi di Desa Kampunganyar, Taman Suruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jagir Waterfall menyajikan pemandangan dan suasana yang begitu menyegarkan. Kita bisa mandi-mandi, bisa piknik, bisa meditasi sambil nikmatin alam (penting pas gak rame aja) dan lainnya. Di tempat ini, kita gak akan nemu 1 jenis air terjun aja, tapi ada 3 jenis. Cuman, karena keterbatasan waktu kami hanya menikmati 1 jenis air terjun saja. Dari tiga jenis air terjun tersebut meliputi Air Terjun Jagir, Air Terjun Buyut Ijah dan Air Terjun Ketegan.

Ini dia, air terjunnya. Tidak butuh waktu lama untuk bisa sampai di lokasi ini. Karena dari lokasi parkir ke tempat tujuan sangat dekat. Trekingnya juga gak susah, gak harus mendaki gunung lewatin lembah. Cukup ngelewatin anak tangga belakang rumah orang aja, dah sampai akhirnya ke tempat yang satu ini. Hanya saja, bagi pengunjung yang membawa anak, mohon berhati-hati dalam pengawasan karena beberapa jalan yang dilewati licin. Maklum lah, kan main di air.


Ini beneran loh, lokasinya di belakang rumah orang. Serasa bayangin punya wisata private kayak gini modelnya di belakang rumah kan. Alasan inilah yang menjadi awal mula penamaan air terjun di sini. Jadi tidak hanya disebut sebagai Jagir Waterfall, tempat ini juga punya nama lain seperti air terjun Pawon. Kalau di Bahasa Jawa, Pawon kan artinya dapur, jadi nama itu merujuk pada sumber mata air yang berada di belakang dapur-dapur milik penduduk sekitar. Sedangkan nama jagir sendiri, merujuk pada nama sumber mata air yang berada tepat di ketinggian teratas dari air terjun ini. Namanya, sumber jagir.

Nah, kalau lagi sepi enak bisa mandi-mandi bebas di sini. Airnya jernih dan seger banget. Cocok sekali untuk melepas penat hiruk pikuk keramaian. Kenapa aku bilang tempat ini kalau lagi sepi enak, karena saking murahnya tiket masuk ke sini, yaitu cuman 5000 rupiah aja per orang, mangkanya gak kaget kalau tempat ini jadi rame. Utamanya keluarga besar yang menikmati liburan bersama-sama. Jadi, untuk teman-teman yang berencana liburan ke sini pinter-pinter milih waktu aja ya, contohnya kesini pas pagi banget atau pas bukan hari weekend dan libur.

Alika aja seneng liburan ke sini. Awalnya juga takut-takut buat main air, tapi lama-lama seneng juga bisa menyatu dengan alam. Selain menawarkan keindahan air terjun, wisata di sini juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas, seperti kantin, toilet, musholla, dan gazebo untuk bersantai-santai.


TAMAN GANDRUNG TERAKOTA


Setelah menikmati kesegaran suasana di Jagir Waterfall, aku mengajak tamu untuk segera bersiap-siap ke lokasi berikutnya. Lokasi selanjutnya ini ku rahasiakan dari tamu, karena yang mereka tau adalah "penting ajak liburan ke destinasi mana aja dah mbak/mas, asal ada Balurannya". Itu kata pertama yang mereka ucapkan ketika menyewa jasa kami. Untuk itu, awal mula keberangkatan menuju wisata di hari pertama, mereka seakan penting liburan. Penting ke Baluran. Selebihnya apa kata guide. Namun, di tengah perjalanan menuju ke lokasi kedua di hari kedua ini, mbak Titi bertanya,

"Mbak, di sini gak ada ya liburan atau tempat yang buat santai nikmatin keindahan budaya gitu, pengen tau adat Banyuwangi tuh gimana". Dan jawabannya jelas ada. Karena dekat sekali dengan wisata air terjun, segera kami mengajak tamu ke Taman Gandrung Terakota.


Awalnya aku sendiri penasaran sama nama terakota, semacam patung-patung atau hasil kriya yang terbuat dari tembikar tanah liat gitu kali ya. Dan ternyata benar, tempat wisata ini menyajikan begitu banyak teracotta penari gandrung. Jumlahnya ratusan. Bagi yang belum tau penari gandrung, di cover part 2 ini sudah ku sajikan gambaran penari gandrung asli Banyuwangi.

Ini dia patung-patung gandrung yang siap menyambut para pengunjung. Di sini pengunjung bisa foto sepuasnya dengan ratusan gandrung yang ada. Galeri terbuka yang dibangun tahun 2018 ini ditujukan untuk meruwat Tarian Gandrung sebagai ikon dari Tanah Blambangan, atau Banyuwangi.

Di sini pengunjung juga bisa menikmati berbagai fasilitas yang telah tersedia. Mulai dari menikmati pemandangan sawah, kemudian ada resto yang menyediakan berbagai jenis makanan, oleh-oleh, amphitheater bagi pertunjukan kesenian, dan juga sanggar tari gandrung bagi pengunjung yang penasaran mau belajar gerakan tari gandrung.


Akan ada beberapa penari gandrung asli yang akan menghibur dan mengenalkan budaya Banyuwangi kepada pengunjung. Bagi yang penasaran bisa dicoba kok. Pasti seru. Di sini juga dilengkapi dengan musik-musik khas Banyuwangi dong. Jadi suasana alam dan adatnya kerasa banget kalau udah ngunjungin tempat yang satu ini.

Biasanya dalam suatu kegiatan yang berkaitan dengan adat dan budaya, pasti ada filosofinya. Sama halnya dengan Tarian Gandrung. Zaman dulu, tarian ini digunakan sebagai tradisi dalam mewujudkan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah, utamanya hasil pertanian. Selain itu, sejarah mencatat kalau dulunya tarian gandrung diperagakan oleh laki-laki. Menurut Dianto tahun 2016, fungsi gandrung lanang (laki-laki) pada saat itu adalah sebagai strategi melawan penjajah. Dimana, para penari Gandrung akan berkeliling desa dan mempertunjukan aksinya agar mendapat imbalan atau upah berupa hasil pangan yang kemudian diberikan kepada tawanan penjajah.


Itulah sejarah singkat bagaimana asal mula tarian gandrung muncul. Saat ini, tarian gandrung akan dipertontonkan jika ada acara tertentu saja. Bahkan untuk lebih memperkenalkan gandrung ke masyarakat luas, baik nasional maupun internasional, biasanya tiap tahun diadakan Festival Gandrung Sewu. Akan ada 1000 penari gandrung dalam festival ini dalam unjuk kebolehan menari bersama-sama.

Untuk menikmati keseluruhan sarana dan prasarana ini, pengunjung hanya cukup mengeluarkan ongkos sebesar 25.000/per orang. Lokasi dari Taman Gandrung Terakota ini dapat diakses dalam jarak kurang lebih 17km dari pusat kota. Dijamin gak bakal nyesel kesini, karena suasana asri dan tenang akan melingkupi setiap pengunjung yang datang.


PULAU MERAH


Beranjak dari Taman Gandrung Terakota menuju Pulau Merah membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan kedua jarak kunjungan wisata lainnya. Kalau lalu lintas lagi aman sentosa, bakal butuh waktu kurang lebih 2-3 jam buat sampai sana (ini pun estimasi dari map) dari pusat kota.

Inilah gambaran jarak perjalanan dari arah barat ke selatan. Berhubung pada saat itu, waktu menunjukkan pukul 14.30 WIB, kami segera bergegas untuk menuju lokasi. Tujuannya ya itu, berburu senja. Bagi anak-anak senja, destinasi ini wajib dikunjungi kalau lagi ke Banyuwangi. Dan di tengah padatnya lalu lintas, bersyukur senja pun didapatkan.

Sebenarnya aku udah berkali-kali datang ke tempat wisata ini, namun baru pertama kali aku melihat keindahan senja di pantai selatan. Seringnya pas panas-panas, sambil menikmati cerahnya langit biru dan keindahan pantai yang memesona.

Syahdu, bukan?

Kalau pengambilan gambar dari sudut ini, masih belum dapet feel hadir di pulau merah. Beda sama foto yang satu ini. 2 foto ini adalah gambar yang berhasil ku abadikan ketika terik matahari menyerang dan senja datang.

Keduanya sama-sama indah. Bukit kecil ini lah yang menjadi ikon dari wisata ke pulau merah. Jadi apa yang membuat nama pantai ini disebut merah?

Dulunya pantai ini bernama Pantai Ringin Pintu, lalu kemudian namanya berubah menjadi pulau merah, karena pasirnya berwarna merah. Lebih tepatnya ketika senja datang, kalau pas terik lebih ke warna putih ke merah muda-an.

Pantai yang berlokasi di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, ini menyimpan banyak kekayaan. Tidak hanya sekedar pantai, tapi juga tambang emas loh. Kaya bukan? Jadi gak heran kalau perjalanan menuju pantai ini, kita akan melewati proyek tambang emas di kawasan ini.

Karena cukup jauh dari pusat kota, tak heran pengunjung juga akan turut dimanjakan dengan adanya penginapan/home stay di sekitar kawasan pantai ini. Tidak hanya berisi pemandangan pantai, tak jauh dari tempat ini, terdapat Pura Tawang Alun. Pura yang sering dikunjungi oleh umat Hindu selama berkunjung ke Pulau Merah.


Kemudian, paling asyik nikmatin senja sambil duduk di bangku-bangku yang sengaja disewakan oleh penjual makanan-makanan di sekitaran pantai. Sambil menikmati jagung bakar dan secangkir kopi. Anak indie pasti paham rasanya.


Itu dia serangkaian acara yang kami lakukan bersama tamu. Benar-benar pengalaman yang sangat menyenangkan. Dan tak lupa janji di tulisanku part 1, aku akan menuliskan alamat dan link yang bisa diakses untuk jalan-jalan menggunakan jasa tour kami.


Akhirnya tercentang juga satu wish-list dari begitu banyak list yang aku tulis. Tidak hanya menyenangkan karena bisa jalan-jalan, tapi juga bisa berbagi cerita memamerkan kampung halaman kepada tamu adalah suatu kebanggaan dalam diri ini. Terimakasih sudah membaca cerita ini. Ditunggu cerita unik dari Banyuwangi di sesi selanjutnya yaa...


Agen Tour Travel : @bagong_tourbwi (bisa diakses via IG, adminnya dijamin ramah banget)


Sumber rujukan sejarah gandrung dari Jurnal Elan Fitra Dianto tahun 2016, Alumnus Fakultas Seni Pertunjukan Intstitut Seni Indonesia Yogyakarta.


Comments


IMG_1212.JPG

About Me

Humairoh Ayu. Extrovert.

Coffee enthusiast. Someone who is curious about something new, who can experience two sides of things at the same time and may tend to be flighty. 

 

© 2023 by Going Places. Proudly created with Wix.com

Join My Mailing List

Thanks for submitting!

  • Facebook
  • Instagram
  • Pinterest
  • Twitter
bottom of page