top of page

JADI GUIDE DI MUSIM PANDEMI - PART I.

  • Writer: Humairoh Ayu
    Humairoh Ayu
  • Aug 26, 2021
  • 7 min read

Menjadi guide sebenarnya adalah salah satu wish-list ku ketika zaman kuliah. Karena udah sadar kalau aku seneng jalan-jalan. Alangkah nikmat sepertinya, kalau jalan-jalan bisa nyambi dapet cuan. Selain itu, hidup di daerah yang mayoritas sudutnya dapat dijadikan destinasi wisata, ya membuat aku gemes dan penasaran sepertinya menyenangkan menjadi seorang guide. Bertemu banyak orang dari berbagai macam latar belakang sambil mengajak mereka berlibur ke tempat wisata. Di tengah padatnya kesibukan kuliah, mimpiku menjadi guide baru terealisasi di masa pandemi. Bayangin aja, ketika sektor yang paling terpuruk di masa pandemi ini adalah sektor wisata, aku malah bisa wujudin salah satu wish-list ku itu.

Video atas, adalah satu pemandangan dari beberapa destinasi pilihan yang kami tawarkan kepada tamu. Kenapa di sini aku bilang kami? Untuk menjadi seorang guide, aku masih belum bisa berdiri sendiri. Alias masih butuh orang lain atau pihak lain yang bisa memberikan fasilitas lain selain hanya memandu jalannya ke tempat wisata. Aku bersama seseorang yang sudah ku lama kenal, dan dia sedang merintis usaha di bidang traveling. Awal yang baik bagi pemula untuk banyak belajar. Dan nanti di akhir cerita aku akan bagikan link atau alamat yang bisa dihubungi bagi teman-teman yang butuh jasa liburan ke Banyuwangi praktis tanpa mikir.


Cerita ini, akan menjadi cerita yang cukup panjang dibandingkan cerita di tulisanku yang lain. Jadi, karena aku ingin menyajikan keindahan tiap spot kunjung ku putuskan untuk membagi cerita menjadi 2 bagian. 2 hari perjalanan dengan jumlah destinasi kurang lebih sebanyak 5 titik kunjungan. Destinasi itu meliputi Taman Nasional Baluran, Rumah Apung Bangsring, Jagir Waterfall, Taman Gandrung Terakota, dan Pulau Merah. Selain itu, waktu yang tersisa dari 2 hari tersebut digunakan untuk mengunjungi tempat-tempat yang kawasannya masih di sekitaran Kota Banyuwangi seperti mencari oleh-oleh dan makanan khas Banyuwangi.


Hari Pertama,


Sebelum cerita ini berlanjut, aku mau ngasih sedikit intermezzo dulu. Paket wisata yang dipilih oleh tamu, adalah paket wisata private sesuai orderan. Agen traveling sebenarnya sudah membuat beberapa jenis paket yang dilengkapi dengan harga, fasilitas dan schedule rute perjalanan ke tempat wisata. Namun, karena era pandemi menyerang, dan memungkinkan adanya perubahan waktu operasional tiap tempat wisata kunjungan maka kita sepakati bahwa destinasi yang dikunjungi tamu adalah destinasi yang dipilih memang tidak sesuai dengan paket yang tersedia. Alias request, tergantung tempat wisata mana yang dapat dikunjung di masa new normal. Selain itu, karena jadwal booking yang mepet banget sama keberangkatan tamu, rata-rata destinasi yang dikunjungi sudah diperhitungkan sejalur dan tepat waktu.


TAMAN NASIONAL BALURAN


Pagi, sekitar jam 6.30 WIB, aku dan temanku segera menjemput tamu di hotel. Kali pertama ketemu, cukup shock karena ternyata tamu tersebut adalah keluarga. Ku pikir pasangan bulan madu kek, atau ya pasangan belum punya anak. Ternyata, mbak Titi dan suaminya mas Januar, datang bersama kedua anaknya bernama Aqila dan Alika. Tujuan wisata pertama kami yaitu Taman Nasional Baluran, atau Africa van Java bahasa kerennya. Karena udah bayangin panasnya dah kayak Africa, gak mungkin dong datang kesana siang-siang bener. Panas banget. Jam 7 pagi pun masih terasa kesiangan untuk sampai ke tempat tujuan itu. Karena sampai di sana endingnya juga siang. Tapi positifnya adalah, view yang didapat keren banget. Langit biru, gak mendung, cerah dan bagus kalau udah difoto.

Kalau yang udah pernah ke Baluran, pasti gak asing sama spot foto ini, namanya Padang Savana Bekol. Satu pohon Trembesi yang jadi ikon foto-foto di Baluran. Ketika musim kemarau datang, tampilan pemandangan yang dimunculkan oleh Baluran memang udah mirip kayak Africa, panas dan gersang. Tapi kalau udah musim penghujan, viewnya akan lebih seger karena kegersangan itu berubah menjadi rumput-rumput hijau yang menyegarkan.

Keliatan kan bedanya?

Kedua jenis foto ini, diambil dalam 2 musim yang berbeda. Itu gambaran singkatnya. Perjalanan dari Kota Banyuwangi menuju Baluran memakan waktu sekitar 1-2 jam perjalanan. Tergantung kepadatan lalu lintas yang dilewati. Taman Nasional Baluran sendiri sebenarnya tidak termasuk dalam lingkup kawasan wisata Banyuwangi. Namun tak jarang, banyak sekali pengunjung yang berwisata ke Banyuwangi meminta untuk mengunjungi tempat ini. Baluran terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo, tepatnya lebih deket ke Banyuwangi.


Selain mengunjungi Padang Savana Bekol, kami juga mengajak tamu untuk melihat pemandangan Baluran secara menyeluruh dari Bekol Tower. Menara tinggi yang dibuat sebagai fasilitas pengunjung agar bisa melihat Baluran secara menyeluruh.

Tidak hanya pemandangan aja yang ditawarkan oleh Baluran untuk memuaskan pengunjung. Sebagai Taman Nasional tertua di Indonesia, Taman Nasional punya banyak koleksi loh. Baik itu flora maupun faunanya. Gak cuman savana, Baluran juga punya Hutan Evergreen, Mangrove dan juga pantai. Dari begitu banyaknya koleksi, aku gak mungkin akan sebutin satu persatu, yang akan sering ditemukan seperti banteng, merak (kalau beruntung), monyet (paling banyak ditemui di sepanjang jalan biasanya), kijang dan lainnya.

Sebagai maskot dari Taman Nasional Baluran, melihat banteng jawa harus menjadi salah satu momen yang gak boleh kelewatan, tapi jangan lupa izin dulu sama petugasnya. Terdapat penangkaran banteng jawa di sekitaran savana bekol. Kalau dari Bekol Tower, penampakan penangkaran ini akan keliatan kok. Kalaupun kelewatan, ya foto dah sama maskot taman nasional ini.


Kemudian, setelah menikmati pemandangan Baluran dari Bekol Tower, dan juga semakin panasnya suhu di sana. Kami melanjutkan perjalanan ke spot foto lainnya. Yaitu Pantai Bama.

Bisa bayangin gak, panas-panas malah main di pantai?

Kurang lebih 3km dari savana bekol menuju pantai bama, akhirnya sampai. Sedikit warning ketika hendak mengunjungi kawasan ini. Disini akan ada banyak monyet yang biasanya cukup lancang mengambil makanan pengunjung. Jadi ada baiknya, menyimpan dan waspada dengan barang bawaan ya.


Tapi, dari monyet-monyet itu, aku ada abadikan satu foto yang lucu dan heart-warming. Ya ini monyet lumayan jinak ketimbang teman-temannya yang lain. Tapi beneran, kalau mau kesini, waspadalah. Gak cuman makanan, mereka bisa menjarah isi dompet kalian juga loh.


Ini dia pemandangan Pantai Bama, bisa bayangin deh panasnya kayak apa. Belum lagi kalau si monyet bikin ulah. Pantainya bagus banget dan ombak di sini cukup tenang jadi cocok buat foto-foto dan di sini anak-anak juga bisa main pasir dan ayunan.

Itu gambaran perjalanan singkat ke Taman Nasional Baluran.

Kenapa destinasi ini menjadi tempat yang wajib dikunjungi?

Karena tempat ini menyediakan fasilitas dan spot keindahan yang begitu lengkap.


Pada saat pandemi, Taman Nasional Baluran tetap buka, namun pemesanan tiket harus secara online. Tapi pembayarannya cash ketika tamu datang mengunjungi tempat wisata. Lalu harga tiket yang perlu dibayar itu 16.000 per orang untuk hari efektif kerja dan 18.500 untuk hari libur. Itu khusus tamu domestik. Kalau mancanegara beda lagi.


Perjalanan liburan di pantai gak berenti di sini, selanjutnya kita akan mengajak tamu untuk benar-benar menikmati keindahan kedalaman laut di Rumah Apung Bangsring Underwater.


RUMAH APUNG BANGSRING UNDERWATER


Gambaran mengenai wisata yang satu ini udah terpampang jelas di video awal tulisanku. Pemandangan underwater yang bisa dinikmatin sepuasnya. Berlokasi di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. Siapa sangka cikal bakal dari berdirinya tempat wisata ini bermula dari usaha merubah pola pikir masyarakat nelayan dalam mengeksploitasi ekosistem laut dan pantai? Yang awalnya mengebom ikan, sekarang menjadi menjaga laut. Selain dari pemerintah daerah, pengembangan wisata ini juga didukung oleh pengelola wisata dan swadaya masyarakat sekitar.

Rumah Apung Bangsring Underwater menyediakan pemandangan indah bagi para pecinta snorkeling. Keindahan alam bawah laut meliputi konservasi terumbu karang dan ikan hias serta terdapat ikan hiu mini yang jinak. Keseluruhan daya tarik ini gak cuman bisa dinikmati oleh mata telanjang aja, tapi juga dirasakan dengan cara bertemu dan bergelut dengan mereka semua. Tapi, semua ini gak dilakuin sendirian, jelas ada pemandu khusus yang akan menemani di sepanjang perjalanan menikmati keindahan alam bawah laut. Selain itu, pemandu juga akan menunjukkan spot-spot khusus di mana ikan-ikan bergerombol.


Sedikit fun fact yang terjadi pada aku ya, aku baru pertama kali datang kesini. Walaupun wisata ini udah berdiri sejak tahun 2008. Aku cukup tidak tertarik dengan wisata underwater. Sebenarnya bukan karena pemandangannya tidak bagus, tapi aku sangat trauma dengan kedalaman air laut. Mungkin di tulisanku yang lain sudah pernah ku ceritakan sebelumnya mengapa trauma itu bisa terjadi. Dan karena ini tuntutan kerja, dan walaupun sedikit mual-mual ketika di lokasi. Aku tetap harus terlihat chill.

Ini rumah apung yang dimaksud. Jadi dari sini, para penikmat keindahan laut bakal nyeplung ke dasar laut buat nikmatin pemandangan. Gak perlu kawatir bagi yang gak bisa renang, penyewaan pelampung dan peralatan menyelam lainnya sudah tersedia lengkap. Dan bagi pengunjung yang enggan nyemplung juga tetep bisa nikmatin pemandangan menonton ikan hias yang bervariasi. Di sini tuh ada yang jualan roti tawar, buat ngasih makan ikan.

Nih contohnya kayak Alika yang ketagihan ngasih makan ikan-ikan hias. Beda sama kakanya Aqila, yang antusias buat nyelem sama ayahnya. Mereka begitu menikmati wisata tersebut. Awalnya si Aqila ini gak berani sampai nyelem ke dalam, seperti ada perasaan takut. Tapi, dia tuh diyakinin banget sama ayahnya. Ini bakal jadi pengalaman kak. Dan akhirnya si Aqila mau deh ikutan nyelem ke laut.

Ketika penyelam hendak menikmati pemandangan dasar laut, mereka harus memastikan bahwa mereka tidak menggunakan pelampung. Pemandu biasanya akan menawarkan spot foto menarik dan jasa foto di kedalaman laut. Terus foto-foto dan video penyelam bisa ditebus di bagian public service atau area pembelian tiket.

Dan seperti ini hasilnya. Oh iya, aku tadi juga bilang bahwa di tempat ini juga ada hiu mini yang jinak, buat yang penasaran aku kasih liat videonya aja. Karena kalau di foto kurang menarik saking kecilnya.

Di tempat wisata ini juga dilengkapi sarana dan prasarana penginapan, food court, tempat membaca, toilet, papan edukasi, tempat parkir, pedagang keliling, toko souvenir, dan peralatan snorkeling. Jadi gak perlu kawatir liburan kesini bakal menyenangkan atau tidak, yang jelas sangat menyenangkan.


Kalau dari foto-foto yang ku sajikan, ada yang bisa tebak gak tiket masuknya berapa?


Tiket masuknya murah banget, hanya 5ribu rupiah per orang, tapi itu gak termasuk jasa snorkeling dan pemandunya ya. Biasanya kalau udah masuk, eman dan nanggung banget kalau gak sekalian snorkeling. Oh iya, sebelum adanya pandemi, kawasan wisata ini juga pernah dikunjungi sama Bu Susi Pudjiastuti loh, tahun 2019 tepatnya. Semasa beliau masih menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Saking hitsnya, kawasan wisata ini juga biasanya ngadain festival khusus namanya Banyuwangi Underwater Festival. Acaranya macem-macem, mulai dari memungut sampah massal, lomba mengolah barang bekas dan lainnya.


Banyuwangi tuh banyak banget wisatanya, gak akan cukup waktu seminggu buat explore lebih jauh. Itu dulu destinasi wisata yang bisa ku paparkan di tulisan kali ini, lanjutannya ada di part 2 dan di tulisan-tulisanku selanjutnya. Ditunggu yaa.


Comments


IMG_1212.JPG

About Me

Humairoh Ayu. Extrovert.

Coffee enthusiast. Someone who is curious about something new, who can experience two sides of things at the same time and may tend to be flighty. 

 

© 2023 by Going Places. Proudly created with Wix.com

Join My Mailing List

Thanks for submitting!

  • Facebook
  • Instagram
  • Pinterest
  • Twitter
bottom of page