top of page

Desa Penari katanya dari Banyuwangi?

  • Writer: Humairoh Ayu
    Humairoh Ayu
  • Jul 21, 2021
  • 4 min read

Beberapa saat yang lalu, mungkin tepatnya tahun 2019, viral banget berita tentang desa penari. Bahkan saking viralnya, tiap aku ditanya asalnya dari mana, dan ku jawab nih, kebanyakan orang pasti sebut "oh desa penari yaa". Ya, itu lah respon masyarakat kebanyakan ketika viral berita tentang desa penari. Katanya sih, desa itu ada di Banyuwangi. To be honest, I dont wanna tell you about desa penari here. Karena sebenarnya aku yang asli Banyuwangi aja gak tau desa penari itu ada di mana. Cuman, aku di sini mau berbagi tentang seorang penari juga. Budaya ini sangat sering bahkan rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Karena lokasinya cukup dekat dari rumah, jadi kurang sip rasanya kalau gak jadiin adat budaya ini sebuah tulisan.


Sebagai orang asli Banyuwangi, bahkan punya darah suku Osing, aku cukup tertarik dengan budaya asli ketika menginjak bangku kuliah. Hadir ke suatu tempat dengan ruang lingkup beraneka macam budaya, tepatnya di Jogja, aku juga gak mau kalah nyeritain bagaimana istimewanya kota kelahiranku. Banyuwangi. Bagi yang belum tau suku Osing itu bagaimana, jadi Osing sendiri adalah satu-satunya suku asli di Banyuwangi. Kalau masih penasaran, mungkin beberapa orang sudah sangat familiar dengan bahasa Osing karena lagu Osing sendiri sudah sangat sering diputar di manapun. Tapi gak banyak orang yang sadar kalau itu lagu Osing. Ya intinya, ada bahasa "riko, isun, ambi dan lain sebagainya". Dari sekian banyak budaya dan juga acara yang sering diselenggarakan di Banyuwangi, aku mau cerita satu dulu ritual rutinan di Banyuwangi. Yaitu Seblang.


Seblang itu sebenarnya singkatan dari Sebele-Ilang. Atau kalau di bahasa indonesiakan artinya susahnya hilang. Jadi kurang lebih artinya adalah, dengan mengadakan ritual ini, maka harapannya desa setempat selalu diberikan keselamatan dan terhindar dari kesusahan. Desa setempat yang dimaksud itu hanya ada di 2 lokasi dan di 2 waktu yang berbeda. Mungkin aku hanya sekilas memberikan gambaran di salah satu desa, karena foto-foto yang ku ambil tepat pada saat acara berlangsung. Seblang akan ditemui di Desa Olehsari dan Bakungan, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.

Bukan hanya dari segi tempatnya aja, yang membedakan ritual seblang ini. Sebenarnya, ada 3 hal yang membuat 2 jenis seblang ini berbeda. Yang pertama, adalah tempat berlangsungnya acara ini. Kedua, Seblang Olehsari itu dimainkan oleh seorang penari yang masih gadis atau bisa disebut diapouse (anak perempuan yang baru menginjak akil baligh). Dan yang paling penting, penari ini adalah keturunan penari sebelumnya. kalau yang di Bakungan itu dimainkan oleh perempuan yang sudah menapouse. Dan yang ketiga, kita akan dapat menyaksikan Seblang Olehsari satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri, kalau Seblang Bakungan diselenggarakan pada saat satu minggu setelah Hari Raya Idul Adha. Seblang ini sama-sama berlangsung 7 hari lamanya. Acara tersebut sudah mencakup ritual mulai dari upacara ziarah ke makam leluhur desa, selametan dan ider bumi.

Ini adalah suasana sebelum acara di mulai. Foto-foto yang ku ambil ini dilaksanakan pada tahun 2019, momen ini adalah tahun terakhir acara seblang dilaksanakan secara terbuka karena pandemi yang menyerang Indonesia. Tahun 2020, acara ini tetap dilakukan namun secara sederhana dan diikuti oleh orang-orang tertentu saja. Bagaimana dengan 2021? Sama halnya dengan tahun sebelumnya, ritual ini hanya dilakukan secara internal saja. Semoga saja pandemi segera berlalu ya, agar acara ini dapat dinikmati bersama kembali.

Tadaaa...

Ini dia foto dari penari Seblang Olehsari. Jadi, penari ini sudah dirias sebelumnya, untuk kemudian menari mengelilingi arena ritual acara. Btw, dia menari tanpa skenario ya, dia menari dalam keadaan sudah dimasuki roh halus, alias kesurupan. Dulu masih kecil, ibuku sering bilang kalau nonton seblang itu bikin pusing, karena nonton orang nari, merem sambil geleng-geleng kepala. That was just a gag. Nah, biasanya penonton hanya bisa melihat acara ini dari luar. Karena arena ritual ini benar-benar khusus orang yang terlibat di dalamnya. Dan yang menarik adalah, ada sesi yang biasanya ditunggu-tunggu keseruannya. Biasanya, menjelang akhir acara, si penari akan melempar selendangnya secara random ke penonton, dan hal yang wajib dilakukan penonton yang tersentuh oleh selendangnya adalah maju dan masuk ke arena ritual sambil mengiringi penari untuk menari. Biasanya kalau sesi ini dah mulai, aku kabur nonton dari jauh. Dari pada kenak selendang terus disuruh nari kan lucu jadinya, aku kan gak bisa nari.

Nih contohnya, mas-mas yang kenak lempar selendang. Mau gak mau, suka gak suka, dia kudu mau diajak nari sama penari seblang. Seru kan...

Selanjutnya, ini adalah salah satu gambaran arena ritual, di tengah-tengah arena ada pengiring lagu yang memainkan beberapa alat musik tradisional dan juga ada penyanyi gending yang mengiringi khidmatnya acara tersebut. Dan perlu digarisbawahi bahwa lagu yang dipilih untuk mengiringi penari yang kerasukan bukan sembarang lagu, pemilihan lagu harus sesuai dengan persetujuan penari. Jadi, penari ini akan mulai menari jika lagu yang dibawakan sesuai, kalau gak sesuai dia gak akan berdiri dan menari. Mungkin, lebih lanjut aku bakal sharing foto-foto aja deh biar gak penasaran.

Kalau dilihat lebih seksama, mungkin ada yang penasaran sama semacam mahkota yang dipakai oleh penari. Kalau di Banyuwangi, itu tuh namanya omprok, ornamen ini dibuat dari daun pisang dan beberapa macam bunga. Omprok ini menarik, karena setiap penari yang mulai menari, dia harus pakai omprok baru. Karena daun pisang kan gampang layu, jadi mau gak mau omprok harus dalam kondisi fresh terus.


Jadi begitu sekilas cerita tentang Seblang. Menarik kan? Btw nih, aku di sini gak dateng buat nonton aja. Tapi juga menjelajah kuliner dong. Gak cuman menampilkan budaya, tempat ini juga dilengkapi dengan fasilitas warung-warung yang menjual aneka jajanan khas Banyuwangi.

Ada semanggi dibumbui sambel serai sama lupis lanun. Makanan kesukaan yang wajib dibeli. Ini tersedia di pinggir-pinggir arena ritual. Dan sebenarnya masih banyak juga macam jajanan dan makanan khas sini yang perlu dicoba mulai dari rujak soto, pecel pithik, nasi tempong dan lainnya. Ini masih satu dari banyaknya kebudayaan yang ditampilkan oleh Banyuwangi, masih banyak lagi. Mulai dari wisata pantai, gunung, air terjun bahkan banyak banget festival yang diselenggarakan tiap tahunnya. So, sudah tertarik belum liburan ke daerah asalku?


Tapi, kalau mau nikmatin itu semua nunggu pandemi kelar ya:')


Comments


IMG_1212.JPG

About Me

Humairoh Ayu. Extrovert.

Coffee enthusiast. Someone who is curious about something new, who can experience two sides of things at the same time and may tend to be flighty. 

 

© 2023 by Going Places. Proudly created with Wix.com

Join My Mailing List

Thanks for submitting!

  • Facebook
  • Instagram
  • Pinterest
  • Twitter
bottom of page