GUIDE CILIK DI PANGLIPURAN
- Humairoh Ayu
- Apr 10, 2021
- 2 min read
Sebelumnya, ku tuliskan ini di awal cerita. Tulisan ini ku dedikasikan untuk dua anak kecil yang turut meramaikan liburanku ke Panglipuran. Dua gadis cilik yang secara sengaja ngintip dari kejauhan, mantengin aku pas aku banyak ambil foto di sini.

Namanya Mirah dan Nengah.
Dua karakter yang sangat berbeda memadukan kisah masa kecil mereka. Mirah yang lebih terbuka dan friendly, dan Nengah yang pemalu dan manis.
Awal kali ketemu mereka, aku pikir mereka dua anak kecil yang asyik main sendiri. Ternyata egak. Mereka ngintip dari kejauhan dan merhatiin aku diam-diam. Sampai akhirnya aku sadar sama keberadaan mereka dan meminta mereka menghampiriku. Reaksi mereka lucu, senyum-senyum malu sambil ku tanya.
"mau ndak ngajak kak ayu muter-muter?"
Jawab Mirah "ayo kak, aku ajak liat hutan, di belakang sana".

Tadaaaa....
Ini dia hutannya. Desa sebersih Panglipuran juga punya investasi lahan buat Ruang Terbuka Hijau. Gimana gak makin nyaman liburan kesini.
Setelah melihat hutan, aku masih mengajak mereka berkeliling sambil mendengarkan cerita mereka tentang desa ini. Mulai dari kegiatan apa saja yang biasa dilakukan di sini, gimana sepinya desa ketika covid menyerang, dan bagaimana bahagianya mereka tinggal di sini. Aku terus melanjutkan motret di setiap sisi Panglipuran sambil mendengarkan celoteh mereka. Sesekali mereka melihatku malu-malu.
"kak, itu cara makainya gimana?" tanya Mirah penasaran.
Baru ku sadar, mereka memerhatikan kameraku, sambil bertanya-tanya. Tanpa pikir panjang, aku kalungkan kameraku di leher Mirah dan mengajak Nengah pula untuk memperhatikan bagaimana kamera itu berfungsi.
"Fotoin kak Ayu yaa, yang bagus loh".
Wajah mereka antusias, dan selama bermain dengan kamera dan pemandangan di Panglipuran, waktu sudah menunjukkan sore hari. Sebelum aku pamit ke mereka untuk pulang, mereka menanyakan sesuatu padaku. Apakah aku tidak mau beli oleh-oleh.
Ku iyakan pertanyaan mereka, dan kemudian mereka mengajakku ke rumah masing-masing. Ternyata Mirah menjual berbagai oleh-oleh khas Bali.

Kemudian, aku pamit ke mereka. Menyilakan mereka melanjutkan kegiatan bermain mereka. Aku masih terus saja tak henti-hentinya bereksplorasi. Selain bangunan yang ada di sini, kuliner yang wajib dicoba kalau liburan ke sini adalah Tipat Cantuk dan Loloh.


Harganya terjangkau banget, makan segini cuman habis Rp10.000 aja. Dan rasanya enak banget. Tipat cantuk itu kalau di Jawa semacam lotek dan pecel gitu. Nah, kalau Loloh itu jamu khas buatan sana. Komposisinya mulai dari daun cemcem (daun kloncing) terus ditambah campuran air kelapa, buah kelapa, dan gula aren. Ini enak dinikmati dalam kondisi dingin gini.
Selama pandemi, desa ini sepi banget. Tapi asrinya gak pudar. Gak bisa bayangin kalau bisa hidup di desa ini, adem dan nyaman banget. Panglipuran pernah dinobatin jadi desa terbersih di dunia loh. Saking bersihnyaaa....

Gak nyesel pokonya bisa dateng ke sini. Gak hanya desanya aja yang ramah, tapi juga keramahan warga sekitar yang turut memberi kehangatan di dalamnya.
Karena aku gak mau menyimpan foto keindahan kawasan ini sendiri, jadi aku bagikan hasil capture ku selama di desa ini. Btw, aku kesini juga pakai baju adat Bali, biar feelnya dapet hehe.






Bali menjadi contoh bahwa manusia nyatanya bisa berdampingan baik dengan alam. Bali juga memberi contoh bagaimana dalam kenyataan ibadah itu tidak hanya perihal diri sendiri tapi juga sekitar.
Oh iya, ada tambahan dari aku. HTM di sini Rp25000/person. Biaya ini dialokasikan untuk kepentingan desa juga. Apapun kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan bersama.
Comments