top of page

BONDO NEKAD NYEPEDA KE HUTAN PINUS.

  • Writer: Humairoh Ayu
    Humairoh Ayu
  • Jul 27, 2021
  • 4 min read

Berawal dari rencana jalan-jalan ke kawasan sejuk, aku dan sahabatku putri, mencoba nekad. Yang jelas kenekatan ini bermula dari inisiatifku sendiri. Perjalanan ini sebenarnya sudah terencana, namun pas hari H. Overall berubah.


Sebelum ku ceritakan lebih lanjut, seperti biasa. Tulisan ini akan ku dedikasikan untuk mengabadikan momen bersama sahabatku, Putri. Sejak lama rasanya, ingin ku tulis cerita ini. Tapi belum pernah terealisasi, karena bingung mau dibuat model tulisan apa. Dan alhasil, tertulis di blog.


Teruntuk putri, keinginanku menulis terealisasi ya:p


Hutan Pinus Mangunan Dlingo, 2017.


Pagi itu, sekitar pukul 8 atau 9 pagi, aku memberitahukan padanya.


"Cin, kabar buruk. Sepertinya temenku gak jadi minjemin motor, motornya dipakek". Ucapku pada sahabat yang sering ku panggil Cin... Karena nama lengkapnya Desynta Putri Brilliany.

"yah padahal dah semangat pengen jalan-jalan" balasnya dengan nada sedikit kecewa.


Kemudian muncul ide nekad yang terlintas di benakku.


"Karena dah bayangin bisa jalan-jalan, gimana kalau kita nyepeda aja ke hutan pinus. Kalau di liat dari map keknya deket lah sama terminal giwangan". Ajakku padanya dengan antusias. Secara udah telanjur persiapan, masak gak jadi.

"nih beneran deket tempatnya? nanti pulangnya gimana?" tanyanya ragu.

"ya nanti gampanglah, pasti kan banyak orang liburan kesana hari libur gini. Kalau ada pick-up ntar aku sapa, sama minta ikut kan bisa". Jawabku meyakinkan.

Dengan santai, putri menjawab "boleh lah, mayan nyoba nyepeda jauh sekali-kali".


Sekedar info, aku dan putri sudah bersahabat sejak kita sama-sama bimbel di Malang. Dia adalah roommate-ku sampai kami berkuliah di Jogja. Karakter kita dominan berbeda 180 derajat. Dari sekian banyak temanku yang mayoritas laki-laki, dia salah satu sahabat perempuanku. Kesamaan kita yang paling keliatan adalah, kemana-mana kita menggunakan moda transportasi; sepeda. Bukan cuman dia yang bilang ini akan jadi pengalaman pertama kita nyepedah jauh, begitupun juga aku. Walaupun aku sering sepedahan, tapi gak pernah rasanya nyepeda lebih dari 10 km dalam 1 hari.


Dari begitu banyaknya pertimbangan sebelum berangkat nyepeda, aku dan putri akhirnya fix berangkat menuju lokasi pukul 11 siang. Kenekatan yang gak tanggung-tanggung demi ngerasain liburan. Panas terik pun tak menghalangi semangat kami buat ke Hutan Pinus. Dan akhirnya berangkatlah kita. Estimasi jarak dari Bunderan UGM ke Hutan Pinus kalau sesuai map kurang lebih 24km. Sebenarnya ada 2 akses untuk rute perjalanan menuju hutan pinus, yaitu lewat jalan Wonosari-Patuk Gunung Kidul. Tapi, aku lebih memilih rute lewat jalur Imogiri-Dlingo. Biar pulangnya bisa lewat Bukit Bintang malem-malem.


Selama di perjalanan, kita tetap ngobrol tipis-tipis. Kalau capek, ya berenti. Begitu seterusnya. Dan tak lupa, kita juga tetep mantengin map di sepanjang jalan. Mastiin ini hutan masih jauh apa udah deket. Bahkan gak cuman dari map aja sebagai sumber keyakinan kita, tapi juga nanya warlok kita lakuin. Biar lebih meyakinkan.


Sesampainya di point center dari map. Ternyata tulisan Hutan Pinus itu masih harus di tempuh beberapa kilo lagi. Dari sekian banyak narasumber yang ku tanya (tiap jalan dikit ketemu orang, aku selalu nanya "hutan pinus masih jauh gak pak/bu/mbak/mas?"), memang menunjukkan bahwa hutan pinus masih sangat jauh. Jadi di tengah panas terik dan hujan, (btw di tengah perjalanan kita ngiyup kehujanan) kita mempertimbangkan kembali apa kita pulang aja atau tetep lanjut ke tujuan.


"nih dah jam 2 lewat, katanya hutan pinus masih jauh. Dan kayaknya jalannya bakal banyak yang nanjak nih, lanjut apa mau pulang aja?" tanya putri padaku.

"ya sih, masih jauh. Tapi nanggung ee udah nyampek sini". Jawabku padanya.

"yaudah kita istirahat dulu ajaa, sambil pelan-pelan jalannya. penting sampek". Yakinnya di perjalanan sambil menuntun sepeda.

Di sepanjang perjalanan menanjak, kita memang lebih banyak menuntun sepeda. Karena kita jalan sama-sama, jadi ya harus liat dan jaga kondisi fisik masing-masing. Sambil terus mengayuh sepeda, kita nikmatin perjalanan dan tak lupa mengabadikan momen pake kamera. Dalam hati rasanya dah mau nyerah aja dan mikir mana sih ini hutan pinus, gak ada keliatan batang hidungnya masih.


"POKOKNYA KALAU DAH SAMPEK SANA YA, KU PELUK ITU POHON PINUS DI SANA" Teriakku sambil menahan lelah di sepanjang perjalanan.


Pelan tapi pasti, jam 5 sore kita sampai tempat tujuan. Hutan pinus dalam kondisi gerimis, yang buat kita sempet ngedumel kalau kek gini gak bisa motret dong. Tapi tetep aja setelah parkir sepeda, kita masuk dan nikmatin hasil usaha nyepeda ke sini. Dan aku tepatin kata-kataku, datang dan ku peluk pohonnya.

Dan begini lah pemandangan hutan pinus sore hari dan setelah hujan. Walaupun hujan, tempat wisata ini tetep rame pengunjung. Tiket masuk kesini juga murah kok, seingetku sekitaran 5000an. Bukan cuman tempatnya aja yang berkesan, tapi juga perjuangannya yang luar biasa bagi aku dan putri. Kenekatan kita berhasil juga ternyata, gak sekedar wacana.


Sepulangnya dari hutan pinus, kami melewati perjalanan panjang kembali. Malah lebih ekstrem, gelap dan kita nyepeda. Pikirku, kalau ada model begal gitu, susah ini kaburnya kalau nyepeda gini. Tapi dengan modal yakin, kita berdua ngayuh terus sampai nemuin peradaban alias lampu-lampu terang di kawasan bukit bintang. Mayan dapat hiburan tambahan, menikmati malam hari di bukit bintang, ngobrol ringan, melepas lelah dan lapar dengan menyantap mie kuah dan kopi panas. Kerlap kerlip lampu turut menambah keindahan malam itu. Bonding terbaik sama sahabat itu keknya perlu lika liku berat begini, biar makin erat. Dan akhirnya totally waktu yang kita habiskan sepanjang perjalanan kurang lebih 10 jam, dengan total jarak sekitar 50 km. Dan ternyata bayangan numpang pick up orang buat pulang juga gak kewujud sama sekali. Gak segampang itu ternyata buat nebeng pulang. Konyol banget pokoknya.


Setelah sampai kost,

"dah kapok, gak mau nyepeda jauh-jauh lagi", kata putri dengan ekspresi lelah dan letih.


Setelah beberapa hari kemudian,

"btw kita keren juga ya bisa nyepeda sampek sana berdua doang, pengalaman bener dah, tak terlupakan". Sahutnya dengan antusias.


Semoga terhibur dengan cerita singkat ini.

Comments


IMG_1212.JPG

About Me

Humairoh Ayu. Extrovert.

Coffee enthusiast. Someone who is curious about something new, who can experience two sides of things at the same time and may tend to be flighty. 

 

© 2023 by Going Places. Proudly created with Wix.com

Join My Mailing List

Thanks for submitting!

  • Facebook
  • Instagram
  • Pinterest
  • Twitter
bottom of page