Apa enaknya sepedahan sendiri di Bali? Part-2.
- Humairoh Ayu
- Aug 30, 2021
- 3 min read
Jawabannya ya, enak banget dong.
Bersepeda menjadi hobby yang masih ku gemari hingga saat ini. Bahkan di masa depan, aku pernah kepikiran pengen hidup dengan punya sepeda dan mobil aja. Gak usah motor, biar gak nambah-nambah polusi. Pilihannya kan akhirnya cuman 2, jalan-jalan deket pake sepeda, kalau sekalinya pake mobil ya jalan-jalan jauh. Sepeda dan Bali adalah kombinasi pas yang mesti dicoba untuk menikmati hidup. Apalagi kalau nyepedanya pagi-pagi di Hari Minggu.
Setelah menulis cerita part 1, aku melanjutkan tulisanku di part 2. Bersepeda di Bali menjadi momen yang tak terlupakan, mangkanya momen itu perlu ditulis. Biar terkenang selalu. Kalau sebelumnya, aku bersepeda menuju pusat Ibukota Bali, yaitu Denpasar. Sekarang, aku menuju lokasi yang cukup menyejukkan mata dan batin. Sejuk, asri dan menentramkan. Seperti biasa, aku mengecek map sebelumnya untuk memastikan seberapa jauh jarak kayuh yang perlu ku tempuh. Sangeh Monkey Forest itu sekitar 12 km jaraknya dari tempatku saat itu. Bermodalkan sepeda gunung, pagi pukul 06.00 WITA, aku tancap kayuh (kalau mobil kan tancap gas) menuju lokasi wisata. Modal bawa uang 20 ribu dan handphone dilengkapi earphone yang gak lepas-lepas dari kuping.

Inilah pemandangan jalan yang ku lewati. Seger banget kan, ijo menyegarkan mata. Ditambah lagi udara sejuk di pagi hari yang bikin batin tentram gitu rasanya. Berbeda dengan perjalanan sebelumnya, dengan trek yang cukup ringan. Treking satu ini udah kayak pepatah bilang "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian". Nanjak dulu, seluncur kemudian. Artinya, kalau udah sampai tujuan, nanti pulangnya nikmatin banyak jalan turunan. Karena lokasi sangeh monkey forest itu di ketinggian, jadi ya harus nanjak dulu perjalanannya, bund. Ya walaupun harus ndakik-ndakik dalam perjalanan, tapi aku senang bisa menikmatinya. Soalnya, baru pertama kali lewat sini, nikmatin pemandangan dengan bersepeda.
Sebagai orang yang bosenan, aku selalu mencari cara setiap harinya untuk bisa nemu hal baru. Entah itu kegiatan baru, tempat baru, ketemu orang baru, atau apapun. Intinya baru menimbulkan perasaan baru yang menyenangkan. Itu lah kenapa, biar sendirian, dan jauh. Aku tetap senang menikmatinya. Walaupun sampai sana, aku gak masuk lokasi, karena emang tujuannya nyepeda doang, gak berlibur ke sana.

Dari lokasi foto ini, aku masih harus mengayuh kurang lebih 1 km menuju tempat obyek wisata ini berada. Makin dekat dengan objek wisata, makin dingin suhunya. Makin seger. Masuk kawasan hutan, dan melewati begitu banyak deretan rumah penduduk dengan budaya artistik Bali, membuatku tak henti-hentinya senang. Lelah mengayuh terbayar lunas dengan pemandangan sekitar. Emang bener deh, Bali is wonderland.
Sesampainya di sana sekitar pukul 8 pagi, aku melihat-lihat keadaan sekitar. Begitu sepi, tapi aku tak segan menanyakan pukul berapa objek wisata ini dibuka. Dan pengelola wisata menjawab jam 8 udah mulai buka kok. Karena waktuku terbatas untuk bersepeda, aku meminta izin untuk mengabadikan momen bersepedaku tanpa membayar biaya masuk wisata. Dan mereka mengijinkan.
Ketika awal kali aku mendengar nama objek wisata ini, aku bertanya-tanya dong, artinya Sangeh ini apaan dah. Dan setelah searching ternyata nemu jawabannya, Sangeh itu berasal dari 2 suku kata, yaitu Sang dan Geh. Artinya orang yang melihat.

Aku, dan sepeda. Akhirnya punya pengalaman juga berduaan ke sini. Walaupun cuma di luar kawasan wisata, aku bisa menikmati pemandangan indah dan melihat banyaknya monyet-monyet yang katanya jinak di sini.

Sembari istirahat dan ngemper di depan pintu masuk objek wisata, aku gak lupa selfie dong. Biar jadi bukti, kalau aku beneran pernah ke sini sama sepeda. Gak cuman aku sebenarnya yang nyepeda, selama perjalanan ke sini, aku juga nemu banyak pesepeda-pesepeda dengan tujuan yang sama. Gak heran, ketika mendekati wisata ini, aku ngeliat banyak banget pesepeda yang ngemper dan istirahat.
Mungkin sekitar kurang lebih sejam aku di sana, jalan tipis-tipis, kemudian waktunya pulang deh. Walaupun masih pengen lebih lama lagi di sini, tapi kepikiran kalau masih banyak tempat baru yang mesti dikunjungi.
Dari membaca cerita ini, jadi kepikiran kapan bisa lagi nyepeda kesana.
Comments